Cara Santai Pakai Excel, Word dan PPT untuk Kerja di Indonesia dan Vietnam

Pagi-pagi buka laptop, yang terpikir bukan cuma kopi tapi juga: gimana caranya bikin laporan cepat, cetak nota dalam dua bahasa, dan presentasi yang nggak bikin klien ngantuk? Saya juga begitu. Kerja antara Indonesia dan Vietnam memang seru tapi sering butuh improvisasi digital — terutama Excel, Word, dan PowerPoint. Bukan ilmu sihir, cuma trik praktis yang saya pakai tiap hari. Berikut beberapa hal yang gampang dipelajari, tapi efeknya besar untuk kerja dan usaha lintas negara.

Mulai dari Excel: data itu bukan monster (serius, tenang saja)

Awal-awal, Excel bikin saya pusing. Sekarang dia kayak teman setia yang bantu ngitung untung rugi, stok barang, sampai forecasting sederhana. Rahasianya: mulai dari template. Buat format kas harian atau invoice standar, lalu pakai formula dasar: SUM, AVERAGE, IF. Untuk yang sudah agak advanced, pelajari VLOOKUP atau XLOOKUP (jika versi Office mendukung) supaya data pelanggan atau daftar produk mudah ditempelkan tanpa salah harga.

Satu lagi: conditional formatting itu lifesaver. Saya pakai warna merah untuk stok kurang dari minimum, kuning untuk barang mendekati expired date, hijau untuk yang ready. Visual sederhana ini cukup untuk manajer yang nggak mau tenggelam di angka. Kalau butuh sumber materi atau template lokal yang lengkap, saya sering cek excelvanphong — kontennya helpful, terutama untuk tutorial step-by-step dalam konteks kantor.

Word itu sahabat suratmu (formal dan santai)

Dokumen resmi di Indonesia biasanya formal — kop surat, nomor surat, tanda tangan basah. Di Vietnam, format bisa sedikit berbeda, tapi prinsipnya sama: konsistensi. Saya biasanya membuat master template di Word yang berisi header, footer, dan style untuk judul, subjudul, serta body text. Dengan begitu, semua staf tinggal “save as” dan isi saja. Simple, tapi menjaga brand terlihat profesional.

Fitur favorit saya: mail merge. Ketika kirim invoice atau surat penawaran ke banyak klien, tinggal hubungkan data Excel dan Word, klik beberapa kali, beres. Simpel, hemat waktu, dan mengurangi risiko salah tulis nama. Dan tips praktis: simpan sebagai PDF sebelum kirim lewat email — font dan layout akan aman, nggak berubah-ubah saat dibuka di komputer lain.

PPT: jual ide tanpa bikin bos ngantuk (santai tapi efektif)

Presentasi sering kali jadi ajang overdo. Terlalu banyak teks, efek berlebihan, slide yang penuh tabel kecil. Solusi saya? Satu ide per slide, kata kunci besar, dan visual yang mendukung. Gunakan slide master untuk konsistensi logo dan warna— itu membantu kalau presentasi harus pakai bahasa Indonesia hari ini, Vietnam besok. Buat juga versi ringkas: 5-7 slide untuk pitch singkat, detail ada di lampiran atau dokumen terpisah.

Teknik kecil yang sering berpengaruh: presenter view. Dengan mode ini, kamu bisa melihat catatan tanpa memajangnya ke audiens. Latihan juga penting: catat timing per slide, dan kalau perlu rekam versi video untuk calon investor yang sibuk. Jika file besar karena banyak gambar, compress image atau simpan sebagai PDF untuk dikirim melalui WhatsApp—praktis saat jaringan di lapangan agak lemot.

Sedikit trik lintas negara yang saya suka (pengalaman pribadi)

Kerja antara dua negara itu butuh rasa peka terhadap detail kecil: format tanggal (dd/mm/yyyy vs yyyy-mm-dd), mata uang (IDR & VND), dan bahkan pilihan font. Saya pernah kirim laporan ke klien Vietnam yang font-nya nggak muncul, layout berantakan. Sejak itu, saya pakai font standar Office atau embed font saat export PDF.

Saran lain: gunakan cloud storage seperti Google Drive atau OneDrive untuk berbagi file. Versi file tercatat, kolaborasi real-time, dan yang paling penting: aman dari laptop mati mendadak. Buat juga konvensi penamaan file yang jelas — contoh: “2025-08_LaporanPenjualan_Jakarta_VND-IDR.xlsx” — supaya rekan tim cepat tahu isinya tanpa buka file.

Kalau boleh jujur, kunci utamanya bukan alatnya, tapi kebiasaan. Luangkan waktu 30 menit tiap minggu untuk rapikan template, belajar satu fungsi baru di Excel, atau update slide master. Seiring waktu, pekerjaan yang awalnya memakan energi jadi lebih mulus. Dan kalau pas butuh solusi cepat, ingat: banyak sumber lokal dan komunitas yang siap bantu — kita nggak perlu selalu mulai dari nol.